Saturday, December 19, 2015
Sekilas Malam Perpisahan
Dinginmu masih ingin kurasakan
Untuk menutupi gelak ria perpisahan
Antara waktu dan dunia
Di sudut ruangan ini aku bercerita
Tentang ketidakpastian
Perpisahan ini hanya awal
Dari sebuah ketidakpastian
Hujan, bisakah aku berdoa padamu
Demi aku yang ingin bersenandung
Kau adalah musiknya
Kabulkanlah
Untuk sebuah pertemuan
Antara ragaku dengan diriku yang sebenarnya
Wednesday, December 16, 2015
Merry Kissmas
Begitu pun denganku.
Aku memang tak pernah merayakan natal, hanya saja temanku selalu mengajakku jalan di malam natal. Tiap tahun aku selalu menunggunya, sudah menjadi kebiasaan kami merayakannya dengan cara yang lain. Semacam tahun kemarin kami melakukan kompetisi memotret hingga tengah malam. Kami mengitari kota Jakarta berdua dan memotret banyak momen di tengah hiruk pikuknya kota.
Tahun ini aku menunggu apa lagi yang akan kami lakukan di malam natal. Sebenarnya ada satu yang aku inginkan di natal tahun ini.
Aku ingin menciumnya.
Terdengar aneh bukan, tetapi aku sadar bahwa dirinya sangat berarti buatku setiap tahunnya. Tak hanya di hari natal, aku benar-benar ingin mengungkapkan rasa itu padanya. Yup, dengan menciumnya.
Entah mengapa setiap melihat temanku ini aku selalu melihat bibirnya yang menurutku kissable sekali. Mungkin terdengar sedikit pervert, tetapi aku selalu tak tahan melihat bibirnya. Jadi malam natal nanti aku ingin sekali menciumnya, merasakan lembut bibirnya walau hanya sekilas.
"Kau dengar tidak? Kita ke bioskop nanti malam, nonton."
"Eh, aah iya-iya."
Aku sampai tak mendengar temanku ini berbicara tentang rencana kami malam natal nanti.
Malam itu pun datang. Kami berdua dengan semangat pergi ke bioskop di kota, menonton film yang sudah dia tunggu-tunggu dari beberapa bulan lalu. Temanku ini paling semangat bahkan sudah membeli tiketnya lewat mobile.
Kami menonton sekitar 90 menit, kami pun keluar teater.
"Seru bukan?"
"Hmm, lumayan."
Sudah hampir tengah malam, kami pun pulang ke rumah dengan jalan yang memutar. Dalam artian sebelum sampai rumah kami pergi menikmati angin malam natal hari ini. Menikmatinya berdua, hingga aku merasa darahku mengalir deras.
Sesampai di depan rumahku aku turun dari mobil sedannya. Begitu pun temanku ini.
"Ada apa Sha?"
Aku hanya mendekatinya saat ia bertanya. Hingga wajah kami hanya terpaut beberapa senti saja. Napasnya terasa di wajahku begitu pun sebaliknya. Dengan lembut aku mendekati bibirnya.
Lembut.
Tak ada tanda penolakan, malam natal ini begitu lengkap sudah. Apapun yang terjadi setelah ini, setidaknya aku mengungkapkannya. Lengkap sudah.
Aku pun perlahan mulai mundur dan tersipu malu menatapnya.
"Terima kasih untuk malam ini, Na."
Tuesday, December 15, 2015
Kembalilah
Angin melambai sejuk menelusuri jalan
Damai bibirmu saat kukecup lembut
Anganku bersamamu menjelajahi malam
Sinar rembulan bernyanyi merona
Menerangi hatimu yang capai
Detik seakan hilang dalam kamus
Bila dirimu hadir bersamaku
Malam tidak berbintang
Sejauh itu rasa cintaku
Dirimu tak perlu tahu
Caraku memetik bintang
Hanya untukmu
Dan pagi datang dengan tersenyum
Merenggut semua keindahan yang berkelip
Kamu terbangun di pelukku
Aku berharap begitu setiap pagi
Hanyut aku dalam kenyataan pahit
-2015-
Awalnya aku berteguh diri mengambil keputusan ini. Kembali untuk fokus pada impian yang telah kutetapkan dan kukejar. Hanya saja tak sebegitu mudah yang dibayangkan. Aku sadar bahwa aku sudah tertinggal di belakang dengan orang-orang yang menurutku sangat hebat. Teman-teman sebaya, orang-orang di lingkunganku, dan bahkan orang-orang yang belum pernah kutemui tetapi aku mengenal karya mereka.
Target tahun 2015 ini untuk menyelesaikan satu novel pun mungkin terancam tak tercapai. Bahkan dengan waktu yang sebanyak ini telah kupunya aku tak bisa menyelesaikannya. Aku sadar bahwa aku sedang di performa terburukku. Hingga muncul rasa takut, tak percaya diri, hingga rasa bersalah. Aku merasa bersalah pada diriku sendiri yang membuang-buang waktuku selama setahun ini, hal ini membuat motivasiku menurun.
Tak seperti yang kubayangkan di awal.
Saat ini aku sadar bahwa aku telah tertinggal oleh banyak orang begitu pun performaku yang menurun. Hingga aku berpikir apa aku memang tidak bisa menulis sebuah cerita lagi? Apa aku memang tak bisa menulis? Apa mungkin penulis bukan ide yang tepat? Aku merenungkan hal-hal semacam itu di tahun ini.
Beberapa bulan lalu aku mendapat sebuah surat yang mengingatkanku bahwa sudah dua tahun aku tak menghasilkan novel lagi sejak novel pertamaku, BaseLove. Surat yang mempunyai dua mata pisau. Di satu sisinya aku sadar bahwa menjadi seorang penulis itu tak sesimpel dan semudah itu. Hal ini membuatku sedikit membakar motivasiku. Di sisi yang lain aku sadar aku telah mengecewakan diriku sendiri dan banyak orang. Itu membuatku sedih.
Dan entah mengapa datang di saat yang tidak tepat. Di saat performa terburukku. Aku mulai meragukan keputusan yang kubuat. Dan entah mengapa pula di sisi yang lain aku seperti tertampar dan ingin mulai bersemangat lagi. Ingin membuat keputusan yang kubuat ini adalah hal yang tepat dan benar. Setidaknya untuk ku pribadi, aku tahu banyak yang menilai keputusan ini salah.
Jalan ku masih panjang. Aku belum merasa puas dengan aku yang sekarang, itu jelas. Aku berusaha membenah diriku untuk tahun 2016. Rasanya aku merasakan sedikit harapan di tahun 2016 nanti. Banyak yang ingin kulakukan, dari menyelesaikan novel hingga ingin mengerjakan tentang Nest Stripes yang akhir-akhir ini sedang aku siapkan.
Aku berharap 2016 ini akan menjadi tahun yang benar-benar baru untukku. Tahun penataan kembali, tahun penyempurnaan, dari tahun 2015 ini.
SEMANGAT!!!
note: mungkin aku akan rajin-rajin nulis di blog. ssst, aku tak akan sharing ke medsos. rajin-rajinlah datang ke blogku :p.
Saturday, November 21, 2015
Next to Me
Saturday, November 14, 2015
Jarak Kita
Thursday, September 24, 2015
Blue Rain
Menyesuaikan udara yang dingin di luar
Menemanimu yang menari indah di bawah guyuran hujan
Seakan patah hatinya menghilang sehembusan napas
Irama yang mendayu menemani kami
Berharap aku mempunyai detak yang sama
Percayalah, bintang-bintang di angkasa mengarahkanmu
Bahkan mungkin tak perlu bintang-bintang itu
Seharusnya kamu tahu, akulah tempatmu
Kemarilah
Cium aku maka tak akan pergi
Kasihmu akan selalu aku simpan
Hatiku ini siap menerimamu
Bersama segala rintik kesedihanmu bila masih tersisa
Akan ada waktunya kesedihanmu menguap
Membentuk partikel-partikel baru
Warna spektrum yang indah
Aku harap aku yang mengubah sedihmu
Menjadi saksi akan keindahanmu
Hujan ini saksinya
Awal akan spektrum
Bersama
Friday, August 21, 2015
Tanpa Judul
Friday, July 31, 2015
Aktor Pemula
Karena hidup adalah tempat para orang ingin mendapatkan perhatian.
Untuk itu aku berakting, walau aku yakin aku tak bisa.
Lihat mata-mata itu, aku sudah biasa merasakannya.
Mata-mata merendahkan seakan memang aku tak bisa mendapatkan perhatian mereka.
Akulah aktor pemula yang tak mengerti hidup.
Dengan begitu aku tak dapat masuk dalam lingkaran itu.
Lingkaran para aktor berbakat.
Aktor-aktor yang mementingkan khalayak banyak dibanding keinginannya sendiri.
Dengan begitu aku termasuk aktor yang egois.
Walau aku benar-benar ingin berakting layaknya mereka.
Mendapat perhatian dengan aku yang apa adanya.
Seorang aktor pemula yang tak memiliki status layaknya mereka.
Biarlah aku berkarya dengan kemampuanku yang masih minim ini.
Dan suatu saat aku tunjukkan pada mereka.
Inilah aku, seorang aktor yang tetap tak mengerti hidup ini.
Friday, June 12, 2015
Tunggu Aku
Ingin selalu dengan cinta
Ya entah apa itu cinta
Awalnya aku tak peduli
Namun kini rindu itu menyerang
Rasanya seperti badan berputar
Angin porak poranda
Denting piano terdengar fals
Ingin aku berlari kabur
Tak peduli banyaknya rintangan
Yakin siapa yang aku capai
Aku sedang mencarimu, cinta
Wednesday, June 3, 2015
[NulisRandom2015] Gak Ada Internet
Di hari ketiga nulis random ini gue mencoba menulis lewat smartphone. Well, lewat aplikasi blogger mobile. Menarik karena ini pertama kalinya dan mungkin seminggu ke depan gue menulis lewat aplikasi tersebut. Kenapa?
Musibah. Internet rumah gak bisa. Jadi gue gak bisa nulis di laptop. Gak ngerti rusak apanya, provider Internet nya sih gak ada masalah. Ini mungkin karena modemnya atau router nya yang bermasalah. Sudah hampir dari seminggu yang lain mungkin, kalau lihat di twitter gue kelihatan tuh ngedumel gak jelas karena Internet.
So sejak kemarin sore Internet mati. Gue mulai mencoba untuk gak internet-an. Mungkin dari sana gue punya waktu untuk mulai menulis. Haha, pada akhirnya gue terlihat menyalahkan Internet atas kemalasan gue. Perlahan, begitu juga dengan NulisRandom2015 ini gue berharap bisa rutin nulis dan menghilangkan kemalasan menulis.
Lumayan tiga paragraf~
Tuesday, June 2, 2015
[NulisRandom2015] Rindu Juni
Bersama agungnya sebuah cinta
Selama hati ini terpaut
Kamu akan bersama rinduku
Enam
Aku menghitungnya
Selama hati ini membara
Kamu tetap bersama rinduku
Enam
Aku melupakannya
Selama hati ini gentar
Kamu hilang bersama rinduku
Enam
Aku menunggunya
Hingga hati ini berkobar
Aku akan mencari rinduku kembali
Monday, June 1, 2015
[NulisRandom2015] - Hari Pertama
Friday, May 8, 2015
It's Difficult
Wednesday, April 29, 2015
#FFRabu - Invitation
Monday, April 20, 2015
Rayuan Janjimu
Friday, April 17, 2015
Kind a Game
Tuesday, April 14, 2015
[Review] In a Blue Moon
Friday, April 10, 2015
[Review] The Last: Naruto The Movie
Source: defectivegeeks.com |
Monday, April 6, 2015
Semua Karena Zipper
Thursday, April 2, 2015
[Puisi] Hujan yang Lain di Awal April
Sunday, March 22, 2015
[Review] Remedy
Friday, March 20, 2015
Pojok Musik - Perkenalan
Welcome to My Music Section
Thursday, March 12, 2015
Welcome to Virtual Reality Development Era
Source: forbes |
Source: pcadvisor |
Sebelum membahas lebih lanjut coba mari kita ketahui lebih dalam, apa sih Virtual Reality itu?
Saturday, March 7, 2015
[Review] Koala Kumal
Thursday, March 5, 2015
[Puisi] Rintik Hujan September Itu Palsu
Sinar itu diam-diam menampakkan serunya
"Hai kamu lihat ini"
Butir-butir hujan menari
Menanti sang pujaan, awan-awan hitam
Lihatlah, mereka berkumpul ria
Sinar itu menanti bingung
Perlahan memudar, gelap
Sayang, sang mentari hilang
Tik... tik... tik...
Begitulah bunyinya
Perlahan mulai mengebu-gebu
Lihat, siapa yang berseru senang?
Si pencabut nyawa
Ah, sudah datang
Tak ada basa-basi
Hilang sudah! Hilang!
Siapa yang menantinya?
Pelangi
Tak mungkin!
Butir-butir air kembali mengguyur
Lihat, siapa yang berseru sedih?
Tak ada
Sayang, mentari mulai muncul
Pelangi sudah menjemput
Cobalah lihat langit September!
Mana hujan?
Selamat datang di neraka
Thursday, February 26, 2015
[Review] Haru No Sora
ISBN: 978-979-91-0817-3
Friday, February 20, 2015
Nama Yang Terlupakan
Hai-Hai, Kawan Kata~
Monday, February 16, 2015
GalleryWords on Blogspot
Hello, kawan kata.
Mengapa pindah ke blogspot?