Hai-Hai, Kawan Kata~
Kali ini gua ingin menulis sesuatu yang mungkin terinspirasi dari salah satu bab buku terbarunya Raditya Dika, Koala Kumal. Sudah ada yang baca belum? Mungkin lain kali akan gua review keseluruhan bukunya. Seperti yang sudah dikatakan tadi, ada satu bab yang menurut gua memang menarik dari buku tersebut.
Perempuan Tanpa Nama.
Di sana Radit menceritakan tentang perempuan-perempuan yang menarik baginya tanpa pernah mengetahui namanya. Gua mungkin pernah mengalami hal yang sama seperti itu mungkin juga kalian, tapi kali ini gua tak akan membicarakannya. Tulisan ini tak pernah terpikirkan sebelumnya, anehnya gua menuliskannya sekarang, semacam tak sadar tak direncanakan. Inilah "Nama Yang Terlupakan."
Cerita ini berasal saat gua berada di sekolah dasar. Entah katanya masih jamannya gua imut-imut, well kalau dilihat-lihat fotonya jaman dulu ada benarnya. Gua bahkan heran tumbuhnya sekarang seperti terlihat lebih tua dari pada umur sebenarnya, sering dipanggil Bapak di departement store. Kembali ke cerita, jadi kalau gak salah masih di kelas 3 atau 4 SD gitu.
Ini di mana gua sedang ujian tengah semester, saat itu yang namanya ujian tempat duduk diatur bahkan kita sekelas sama kakak kelas. Jadi di situlah gua menggenal satu kakak kelas yang kalau bisa dibilang memang cantik, saat itu. Sekarang gua bahkan samar-samar mengingat wajah dan tampilannya. Si kakak kelas ini satu meja ujian sama gua dan waktu itu dia juga terbuka sama adik-adik kelas lainnya. Dia juga sering kasih tahu jawaban sama gua kalau ada soal yang susah. Seingat gua waktu itu bahasa inggris, dulu memang gua gak ngerti bahasa inggris sama sekali sampai kelas 5 atau 6 SD.
Saat itu entah mengapa kalau diingat-ingat gua ini terlihat sangat jail sekali. Kadang bingung kok bisa jail dengan kakak kelas yang kalau ingat-ingat jutek juga. Mungkin cuma dia juga yang meladeni jailan gua waktu itu. Mengingat-ingat kembali ke jaman itu rasanya rindu juga, setidaknya waktu itu gua gak peduli dengan pikiran-pikiran yang musti dipikirkan saat ini. Masih polos, gak begitu tahu kerasnya hidup, gak perlu pikirin persoalan yang ada. Bahkan gua bisa jailin kakak kelas sendiri tanpa tahu resikonya lebih buruk kalau gua lakukan saat umur gua masuk kepala dua.
Seiring waktu, gua sering bertemu dengannya. Sepulang sekolah, nunggu jemputan, saat istirahat, samar-samar tapi gua tahu pernah dan sering jailin dia. Hingga sampai waktu dia sudah lulus dan gak pernah ketemu lagi. Hingga detik ini dan nama itu terlupakan begitu saja. Saat itu rasanya ada yang hilang begitu saja, gak ngerti bagaimana jelasinnya tapi rasanya memang dulu gua suka dengan kakak kelas ini. Walaupun dan pastinya saat itu saya masih sangat polos dan gak mengerti apa-apa tentang teori suka ataupun cinta.
Setelah itu mungkin gua masih sering mengingat namanya, tapi sekarang gak ingat sama sekali. Entahlah sejak kapan gua gak ingat namanya dan sejak baca bab Perempuan Tanpa Nama itu gua terpikirkan oleh cerita ini. Nama, salah satu identitas diri yang memang ada yang terlupakan, ada yang selalu diingat, dan ada juga yang gak tahu nama seseorang seperti di bab "Perempuan Tanpa Nama" tersebut. Gua sadar nama itu bukan hanya sebatas identitas saja, nama juga merupakan sebuah kenangan, memori, cerita, teka-teki, bahkan ada juga nama yang bermakna. Nama itu lebih dari penting.
Mungkin ada dari kalian yang punya cerita mengenai sebuah nama? Silakan share di blog kalian masing-masing atau comment di bawah. Yang menulis di blog juga kasih saja link di comment dengan senang hati gua akan membacanya. Menarik memang membaca cerita-cerita semacam ini sejak gua membaca bab Perempuan Tanpa Nama dan sebenarnya gua punya satu cerita lagi mengenai nama. Gua gak yakin akan menuliskannya di sini dan mungkin tak akan pernah menuliskannya.
Ceritanya mengenai ...
Nama Yang Tak Akan Hilang~
No comments:
Post a Comment