Indonesia sedang gencar-gencarnya melakukan gerakan memajukan dunia mobilitas kita dengan koneksi internet 4G. Tetapi apakah gerakan ini sudah bergerak menjadi sebuah efisiensi yang tinggi dalam kehidupan kita sehari-hari layaknya pekerjaan? Mari kita bahas sedikit.
Sudah banyak dari masyarakat kita yang menggunakan smartphone andalan dari berbagai merek. Ada dari tipe S, tipe A, tipe L, banyak sekali. Pasarnya pun cukup menjanjikan hingga banyak berbagai merek dari negeri china bahkan india. Mobilitas dalam beberapa tahun ini ada pada produk smartphone mereka, lebih compact bahkan dapat dikantungi, tidak seperti laptop yang cukup berat.
Tingkat mobilitas yang tinggi ini mulai bergeser menjadi ajang gaya hidup modern. Pada smartphone banyak aplikasi yang mendukung gaya hidup mereka, dari adanya toko online hingga aplikasi sosial. Demand pada sebuah koneksi internet pun menjadi tinggi dan menguntungkan pihak provider. Mereka menawarkan banyak sekali promo yang murah meriah, hingga muncul yang pertama kali setelah menikmati segmen 3G. Koneksi internet 4G-LTE yang menjamin kecepatan yang lebih cepat dari pendahulunya.
Indonesia cukup terbilang telat mengaplikasikan kecepatan 4G ini, di mana sudah banyak negara yang menggunakannya lebih dari lima tahun. Bahkan baru-baru ini kita sudah disuguhkan perkembangan tentang penerusnya, 5G. Cukup tertinggal banyak langkah di belakang.
Saat 4G masuk ke Indonesia yang diharapkan adalah perkembangan internet dan mobilitas menjadi lebih baik dan efisien untuk para profesional. Sayangnya perkembangan di sini sangat cukup lambat, sudah berapa tahun masuk dan baru berapa yang benar-benar menikmatinya? Bahkan kecepatannya pun memakan banyak dana. Terlebih lagi belum banyak smartphone juga yang support koneksi 4G, hanya kelas smartphone mahal yang sudah support. Begitupun area yang tercover koneksi 4G masih terbatas.
Bila melihat perkembangan di dunia, kita memang sangat lambat. Seharusnya kita bisa mengejarnya saat koneksi 4G ada di garis start dulu. Seharusnya pemerintah berperan aktif lebih giat juga tidak hanya mengandalkan para provider yang ada saja. Koneksi 5G sedang diuji coba dan kita masih tersendat dalam perkembangan 4G kita? Ini sungguh perkembangan yang luar biasa amat sangat buruk.
Beberapa hari yang lalu pun saya sempat mendengar polemik smartphone yang dipersulit masuk dan harus menurunkan koneksi produk mereka ke 3G atau 3.5G. Sebegitukah kita yang menyebut "Generasi 4G"? Saya pribadi melihat tidak ada generasi 4G, yang ada transisi yang mengecewakan. Tidak banyak aksi, provider hanya dapat mencari untung tanpa gesit berkembang. Hingga polemik ego provider (termasuk yang bumn) saat Google menawarkan uji coba bantuan teknologi Loon mereka.
Generasi 4G? Yang mana? Coba berpikir kembali dan silakan beropini sendiri.
No comments:
Post a Comment