Perhaps I lost my motivation on writing.
I don't know when it started, perhaps when I'm afraid to write in sentences. Perhaps when lost my flow in between writing. Perhaps when I doubted about the whole thing with writing. Perhaps when my younger one is so dumb and stupid to make choice. Perhaps when I was so selfish on it. Perhaps... the list goes on.
Well, it's not like i'm not writing anymore these past year. I wrote several times, some of them i put it online too, i wrote fanfiction too (IN ENGLISH). But i realized it the one that i finished more is just a short one. Not like a series or novel format.
The fact is I just finished ONE novel format. In like how many years since my novel debut, the one and only my book. You can count it, it released on 2013 and now it's 2020. SEVEN FREAKING YEARS! ONLY ONE NOVEL FORMAT I WROTE IT FINISHED.
Perhaps it was a joy back then, I thought I need more time to write so I can release many novel.
I choosed time to write.
That perhaps went wrong from there, I think.
I struggle. Think too much. I don't know if I tell this to anyone or even rant online. But it was a hellish year(s) for me.
One night I cried. Not that really sobbingly thing cry, not the loud too, it just there, the tears. I just guess I miss how I write freely without much think. Not afraid of the future. Not doubting of my choice. Not thinking too much.
I tried. Again and again. Until I finished a novel format which somehow I think it's really bad. I wrote in such experimental. Different. I sent it to a publisher. They rejected it. Sent to other publisher and until now I didn't get respond from them. Another reject. Sent another one. Again, rejected. This when I thought, perhaps I'm not that talented, no one want to read it. Perhaps it's not my place, even I bet on it.
I lost on my bet I guess.
After I wrote so hard to that finished (novel format) work which took 2 years i guess, I'm in limbo state. I don't know what to do? I don't know my motivation on writing.
I started think, perhaps i should stop this. Give up on it.
But then, i asked myself, "am i really that dumb, huh?"
Then I try to go out of the box. I should try to write in ENGLISH. Oh hell, I'm even afraid to read "english fiction" before that. Then I should try to read english-fiction more, i found myself to fanfiction (again). I tried to write.
Not bad i guess. But like i don't know who read them, all of them like silent reader. Because i craved about them the most. I want to know, is my english good enough for writing? am i good enough to write or not? Till now i haven't get the answer.
When hit 2020, i think again. What if I give up? Since i have interest on painting even though i still think that painting is just kinda help me to heal? From those thoughts i thought too much. Like a therapy perhaps? Playing with paints, abstractly because i can't drawing. Perhaps i put my bet again on painting. Should I? But it's whole foreign for me, i take painting as a hobby, as a healing.
But should i?
I'm afraid. In some reasons on it.
Then again I don't know why i'm writing this. I'm floating on the vast of space.
GALLERYWORDS
Setiap Kata Bercerita
Tuesday, March 31, 2020
Thursday, November 22, 2018
Satu Bab dari Judul yang Tidak Rampung saat Nanowrimo 2017
BAB X1 – HEADS (PU)
Sebuah
ruangan dengan pintu hitam pekat terasa sangat misterius. Di pintu
tersebut terdapat papan metalik dengan grafir kata, tertulis HEADS.
Seseorang melangkah mendekat ruangan tersebut dan berhenti di depan
pintu, melirik kanan dan kirinya, memastikan tidak ada siapa-siapa di
sekelilingnya. Sosok pria itu mengetuk pintunya tiga kali, terdengar
seseorang dari dalam.
Pintu
terbuka.
“Bagaimana
keadaan?”
“Semua
persiapan sudah mendekati akhir,” ucap pria yang baru saja memasuki
ruangan tersebut.
Pria
tersebut sedang menghadap meja dan kursi yang cukup besar di
hadapannya. Di kursi tersebut terdapat sosok pria yang terlihat lebih
tua darinya. Sedang menatapnya serius dengan kharismanya yang ada.
“Lalu?
Mengapa kamu ke sini?”
“Ada
tamu dan beliau menunggu di ruang tunggu. Apa saya panggilkan ke
sini, Master Heads?”
“Siapa?”
“Beliau
menyebut dirinya Titor Junior.”
Pria
dengan sebutan Master Heads tersebut sedikit termenung mendengar nama
tersebut. Heads merasa ada yang aneh dengan nama tersebut. Nama
tersebut seharusnya tidak ada, ia tahu betul. Ia berasumsi bahwa ada
orang tersebut sedang menyamarkan namanya.
“Selagi
saya tak ada kerjaan, mungkin boleh kamu panggil orang tersebut ke
sini. Saya penasaran.”
Pria
tersebut keluar ruangan. Heads masih berpikir panjang dan mengetik
pada komputernya. Titor Junior. Ia memastikan memang tidak ada nama
tersebut dalam database rahasianya. Siapa yang memakai nama orang
tersebut?
Pintu
pun kembali tedengar terketuk.
Sosok
pria lain masuk ke dalam ruangan tersebut dengan ekspresi datarnya.
Heads menghela napasnya berat sembari menyentuh kepalanya.
“Saya
kira siapa, ternyata anda yang bernama Titor Junior.”
“Oh,
come on. Tidak usah terlalu formal seperti saat pertama kali bertemu.
Bukankah kita teman?”
Pria
yang menyebut dirinya Titor ini mendekat dan duduk di hadapan Heads
tanpa sungkan. Seakan pertemuan seperti ini layaknya pertemuan biasa.
“Heads,
nama yang aneh,” ucap Titor melihat plakat nama di meja tersebut.
“Bercerminlah!”
“Setidaknya
nama ini punya sejarahnya di sini.”
“Lalu,
mengapa repot-repot datang kemari, perjalanan yang cukup jauh,
bukan?”
Titor
menatap Heads dengan penuh keseriusan yang ada. Tidak menyangka bahwa
dirinya bertemu dengan situasi yang rumit seperti ini. Situasi yang
mungkin tidak terbayangkan olehnya di sini.
“Seperti
biasa. Selalu tanpa basa-basi. Straight to the point,” ucap Titor
yang merasa dirinya tidak siap.
Heads
hanya menatap balik tatapan Titor tersebut. Acuh dengan pernyataan
Titor barusan. Setidaknya Ia membenarkan fakta tersebut. Sudah
kebiasaan.
“Tujuanku
di sini? Menghentikanmu.”
“Sudah
kuduga, tapi yang jelas ini semua perintah atasan. Aku dikirim ke
sini untuk menjalankan misi rahasia ini. Aku tak tahu siapa yang
membocorkan ini kepadamu, tetapi aku tidak akan berhenti,” ucap
Heads.
“Tapi
ini semua salah! Masih ada cara lainnya. Kamu tahu ini terlalu
beresiko, tidak akan ada yang tahu hasilnya bagaimana. Semuanya akan
berubah!”
“Bukankah
itu yang menyenangkan. Mengubah semua, bermain sebagai Tuhan.”
“Sudah
kuduga kamu akan berkata demikian.”
Titor
merasa tidak ada gunanya.
“Oh
dan satu hal lagi, aku tidak akan membiarkanmu begitu saja.”
Heads
membuka salah satu laci mejanya dan mengambil benda yang sudah lama
bersarang di sana. Akhirnya waktunya tiba untuk dipakai di saat yang
tepat. Dia mengeluarkannya dari laci dan menyiapkan element
terpentingnya.
“Ouch,
revolver. Klasik.”
Seperti
dugaan Titor, dirinya sudah memperhitungkan resiko ini bahwa ia tidak
akan dapat kembali ke tempatnya. Dirinya tahu, tetapi untuk terakhir
kalinya ia ingin melihat temannya tersebut, berusaha berbicara
padanya, memperingatinya. Hanya saja, temannya tersebut sudah
bertekad besar dengan apa yang harus dilakukannya.
Sebagai
temannya Titor sudah melakukan apa yang dirinya bisa. Bahkan pergi
menghampiri temannya di sini adalah perjuangan besar walau memakan
banyak yang berharga. Baginya itu yang pertama dan yang terakhir
bermain dengan nyawa.
Kini
nyawanya yang diancam, terancam.
“Tidak
ada efeknya bukan bila aku membunuhmu di sini?” tanya Heads sambil
mengangkat revolver-nya tersebut menghadap Titor.
“Oh
tentu tidak, tapi ingat satu hal. Yang bisa mengalahkanmu hanya aku
seorang. Kita akan berjumpa lagi.”
“Aku
menunggunya!” ucap Heads menarik pelatuk revolver-nya.
Pelurunya
melesat menuju tepat di dada kiri Titor. Seakan waktu berjalan
lambat, Titor untuk yang terakhir kalinya melihat temannya tersebut
dengan tersenyum. Sampai di sini pun temannya itu masih bersikap baik
padanya, dirinya mengincar jantung di bandingkan otak. Ia tahu bahwa
dirinya akan bertemu kembali lagi di alam sana. Dirinya menebak salah
satu dari dua tempat suci, neraka. Tempat yang pantas untuk kedua
orang tersebut.
“......
Octavius.”
Sunday, July 30, 2017
And July ...
Selayaknya apa yang menjadi kesukaan saya, Juli selalu memberikan sebuah arti dan renungan setiap tahunnya. I think i'm a little bit sentimental but i like that feelings. Duduk dikursi sambil berjalan kembali kebelakang, apa yang telah kulakukan selama setahun ini. Well not much but i'm kinda scared right now. Anxious in a positive vibe? I don't know if there is the right term. Kekhawatiran yang membuat orang menggebu-gebu melakukan hal yang baru?
Let's see what's happened in a year.
Naskah.
Selama menulis naskah yang gue tulis sejak tahun 2015 (? kind forget though) dengan penuh gejolak batin akhirnya selesai. Gue mengingat saat di mana gue mulai takut menulis (have i already said this?) gue takut kalau menulis bukan jalan yang tepat, gue takut kalau menulis ini membuat gue bertambah egois, gue takut kalau menulis ini membuat gue mengecewakan orang-orang terdekat gue. Dari sini gue mulai berpikir apa sebaiknya gue berhenti saja, atau istirahat saja dulu dengan sesekali mencoba membuat alur, karakter, atau paragraf. Sekata demi sekata, kalimat, hingga paragraf gak ada yang membuat gue bergairah lagi menulis. Ini jauh sebelum 2015 (2013-2014 i guess), i'm called it the nightmare era. Setelah itu gue mulai memberanikan diri lagi dengan blog ini juga, kembali sedikit demi sedikit membangun kepercayaan diri hingga i'm find a new hope walau memang sangat berjalan lambat tapi gue menikmatinya perjalanan itu. Gairah itu muncul lagi, i'm kind exciting but that's a curse i guess. Bagi yang baru saja mengalami kegagalan, terlalu bersemangat itu juga tidak bagus. I'm kind a stuck in some point. In such a messy situation though. But i'm not give up. Hingga gue mulai menuliskan atau menciptakan tiga orang yang bisa dibilang mepresentasikan gue dalam beberapa hal. And yeah, the script is done in properly edited in December 2016 and i such have a big relief when i typed TAMAT (Kinda). I attempt for the first time to send it to major publisher (well the big one) in a new year. Sampai sekarang tidak ada balasan apa pun dan yeah sepertinya naskah tersebut kembali melakukan perjalanan yang sama beratnya dengan penulisnya. A long journey.
Jadi itulah kisah naskah yang baru selesai desember lalu.
Watercolour.
Setelah menyelesaikan naskah dan mengeditnya hingga desember, di awal bulan desember gue mulai melukis. Awalnya gue tertarik lihat video watercoloring abstract di youtube dan gue pengen mencobanya. Jadi mulailah gue beli cat air, kertas cat air, dan kuas. Dan gue mulai mencobanya. Gue ini gak bisa menggambar, jadi dalam kapasitas gue, gue mencoba untuk asal melukis. Mengincar ke arah seni abstrak. Dan gue ketagihan, bisa menjadi medium untuk menenangkan batin. Puas gitu lihat hasilnya. Hingga sekarang gue masih sering bermain-main dengan cat air ini. And in some moment i kinda want to try to the next step. Trying an acrylic. But sampai saat ini belum kesampaian. Kalau ingin lihat apa yang gue lukis cek di http://instagram.com/exewriyan atau like page https://www.facebook.com/exewriyan.arts/
Membaca.
Entah mengapa sudah setahun ini gue lebih sedikit membaca novel dibandingkan menonton serial tv korea atau variety show. Dan membanyakkan membaca komik lagi, yang ini sih karena memang jadi opsi solusi gue tentang yang di atas tadi. Gue beranggapan komik bisa membuat gue kembali bisa bergairah menulis lagi karena awal gue ingin menulis ya karena komik. Awalnya komik membuat gue berpikir gimana kalau cerita si tokoh ini jadi begini dan sebagainya. Merekontruksi isi cerita dalam bayangan gue. Di satu saat gue berpikir gue harus menciptakan cerita tentang baseball ya karena komik. Walau perjalanannya panjang hingga pada akhirnya gue bisa menerbitkan BaseLove, itu pun rasanya untung gitu gak sih. Sampai sekarang sih gue masih gak percaya gue menuliskan cerita bertemakan baseball.
But back to the topic, perlahan gue mulai membaca dikit-dikit dan berkenalan lebih akrab dengan wattpad. Akhir-akhir ini gue lebih sering nunggu update cerita-cerita yang gue baca dan mencari-cari yang bagus.
Menulis.
Setelah naskah yang dimaksud di atas itu selesai, gue mulai kembali meramu cerita, mencari ide-ide lagi sembari menunggu. Ada satu tulisan yang kupublish dengan nama pena, hope you find it. Ada satu ide yang sedang dirancang untuk ditulis. By the way kalau gue buat semacam zines ada yang mau beli gak? Well i kind have an idea to making zines with my abstraction of art. Yang bingung sih tempat print yang cocok aja sih nih. Tapi ya ini baru sebatas ide saja, belum digarap.
Like i said, gak terlalu banyak apa yang sudah dilalui selama satu tahun ini. Tetapi Juli selalu menjadi tempat untuk gue berpikir, merenung, berencana, karena Juli selalu menjadi sebuah awal buat gue.
And July by Heize x Dean
Let's see what's happened in a year.
Naskah.
Selama menulis naskah yang gue tulis sejak tahun 2015 (? kind forget though) dengan penuh gejolak batin akhirnya selesai. Gue mengingat saat di mana gue mulai takut menulis (have i already said this?) gue takut kalau menulis bukan jalan yang tepat, gue takut kalau menulis ini membuat gue bertambah egois, gue takut kalau menulis ini membuat gue mengecewakan orang-orang terdekat gue. Dari sini gue mulai berpikir apa sebaiknya gue berhenti saja, atau istirahat saja dulu dengan sesekali mencoba membuat alur, karakter, atau paragraf. Sekata demi sekata, kalimat, hingga paragraf gak ada yang membuat gue bergairah lagi menulis. Ini jauh sebelum 2015 (2013-2014 i guess), i'm called it the nightmare era. Setelah itu gue mulai memberanikan diri lagi dengan blog ini juga, kembali sedikit demi sedikit membangun kepercayaan diri hingga i'm find a new hope walau memang sangat berjalan lambat tapi gue menikmatinya perjalanan itu. Gairah itu muncul lagi, i'm kind exciting but that's a curse i guess. Bagi yang baru saja mengalami kegagalan, terlalu bersemangat itu juga tidak bagus. I'm kind a stuck in some point. In such a messy situation though. But i'm not give up. Hingga gue mulai menuliskan atau menciptakan tiga orang yang bisa dibilang mepresentasikan gue dalam beberapa hal. And yeah, the script is done in properly edited in December 2016 and i such have a big relief when i typed TAMAT (Kinda). I attempt for the first time to send it to major publisher (well the big one) in a new year. Sampai sekarang tidak ada balasan apa pun dan yeah sepertinya naskah tersebut kembali melakukan perjalanan yang sama beratnya dengan penulisnya. A long journey.
Jadi itulah kisah naskah yang baru selesai desember lalu.
Watercolour.
Setelah menyelesaikan naskah dan mengeditnya hingga desember, di awal bulan desember gue mulai melukis. Awalnya gue tertarik lihat video watercoloring abstract di youtube dan gue pengen mencobanya. Jadi mulailah gue beli cat air, kertas cat air, dan kuas. Dan gue mulai mencobanya. Gue ini gak bisa menggambar, jadi dalam kapasitas gue, gue mencoba untuk asal melukis. Mengincar ke arah seni abstrak. Dan gue ketagihan, bisa menjadi medium untuk menenangkan batin. Puas gitu lihat hasilnya. Hingga sekarang gue masih sering bermain-main dengan cat air ini. And in some moment i kinda want to try to the next step. Trying an acrylic. But sampai saat ini belum kesampaian. Kalau ingin lihat apa yang gue lukis cek di http://instagram.com/exewriyan atau like page https://www.facebook.com/exewriyan.arts/
Membaca.
Entah mengapa sudah setahun ini gue lebih sedikit membaca novel dibandingkan menonton serial tv korea atau variety show. Dan membanyakkan membaca komik lagi, yang ini sih karena memang jadi opsi solusi gue tentang yang di atas tadi. Gue beranggapan komik bisa membuat gue kembali bisa bergairah menulis lagi karena awal gue ingin menulis ya karena komik. Awalnya komik membuat gue berpikir gimana kalau cerita si tokoh ini jadi begini dan sebagainya. Merekontruksi isi cerita dalam bayangan gue. Di satu saat gue berpikir gue harus menciptakan cerita tentang baseball ya karena komik. Walau perjalanannya panjang hingga pada akhirnya gue bisa menerbitkan BaseLove, itu pun rasanya untung gitu gak sih. Sampai sekarang sih gue masih gak percaya gue menuliskan cerita bertemakan baseball.
But back to the topic, perlahan gue mulai membaca dikit-dikit dan berkenalan lebih akrab dengan wattpad. Akhir-akhir ini gue lebih sering nunggu update cerita-cerita yang gue baca dan mencari-cari yang bagus.
Menulis.
Setelah naskah yang dimaksud di atas itu selesai, gue mulai kembali meramu cerita, mencari ide-ide lagi sembari menunggu. Ada satu tulisan yang kupublish dengan nama pena, hope you find it. Ada satu ide yang sedang dirancang untuk ditulis. By the way kalau gue buat semacam zines ada yang mau beli gak? Well i kind have an idea to making zines with my abstraction of art. Yang bingung sih tempat print yang cocok aja sih nih. Tapi ya ini baru sebatas ide saja, belum digarap.
Like i said, gak terlalu banyak apa yang sudah dilalui selama satu tahun ini. Tetapi Juli selalu menjadi tempat untuk gue berpikir, merenung, berencana, karena Juli selalu menjadi sebuah awal buat gue.
And July by Heize x Dean
Saturday, April 29, 2017
Sebuah Pelajaran Dari Alam Mimpi
Berawal dari sebuah mimpi yang cukup membuat gue dapat tersenyum saat terbangun dan tersadar bahwa gue merasakan sebuah kesedihan di antaranya. Seperti kalian terbangun dan langsung berkata "damn" dan kalian sadar bahwa ada perih terasa.
Mimpi buat gue pribadi adalah hal yang perlu disyukuri, kalian bisa bertemu siapa pun di alam mimpi tanpa sepengetahuan kalian. Seperti yang sedang ingin gue ceritakan sekarang, gue bertemu dengan seorang gadis yang cukup gue kenal. Sebaya dan kita pernah punya sebuah diskusi, pembicaraan, hingga hal remeh temeh semasa anak-anak. Gue merasa dia pun tak akan ingat semua hal itu, termasuk gue, samar tetapi gue selalu dapat merasakan nostalgic itu. Mungkin kalian bisa menyebutkan ini adalah cinta pertama, tapi buat gue ini sebuah ketidakmampuan gue akan mengungkapkan perasaan, mungkin hingga sekarang. Tetapi itu terjadi di dalam mimpi yang penuh dengan hal random lainnya, akan tetapi gue merasakan kesedihan di antaranya.
Cerita dalam mimpi tersebut yang bisa gue tangkap adalah gadis yang gue kenal ini punya masalah akan pandangannya yang berbeda dengan orang lain. Menjadikannya lebih menyendiri dan seakan punya trauma yang dialaminya. Entah mengapa gue dapat bertemu dengan gadis ini dan bertanya kepada teman gue yang kebetulan temannya juga. Mengapa si gadis ini bisa berubah dan seakan takut akan dunia yang ia pijak? Gue pun mengamati dan mencari-cari gadis ini, berusaha untuk bisa di sampingnya dan menguatkan jiwa dan mentalnya tersebut. Tak selang berapa lama dia menghilang begitu saja dan gue tetap mencarinya, dia menghilang karena dia tidak mau merepotkan gue. Begitu ketemu gue merasa sedih, perih, sakit secara bersama ketika melihatnya yang terlihat hancur jiwanya begitu pula mentalnya. Gue beritahu padanya bahwa selama ini gue cinta pada gadis ini dan gue berusaha keras menyakininya bahwa gue selalu open kepadanya, kepada pandangannya yang dimusuhi semua orang tersebut. Di saat itu gue merasa lega dan sedih itu masih terasa di sana.
Di saat bersamaan pula gue pun terbangun, tersadar akan mimpi tersebut. Gue pun tersenyum karena gue dapat bertemu dengan gadis ini walau hanya dalam mimpi. Merasakan nostalgia dadakan tersebut, yang mungkin bercampur dengan cinta yang gue pendam. Di situ pula gue ingat problem dalam mimpi tersebut, sedih dan perih itu menghampiri.
Saat itu pula gue berharap dan berjanji akan selalu menjadi orang yang open, terbuka kepada siapapun itu. Tanpa sekalipun merasa untuk memusuhi seseorang yang mempunyai pandangan yang berbeda dengan pandangan atau ideologi sendiri. Open minded, gue selalu berusaha untuk dapat terbuka kepada pandangan apapun itu. Walau bisa dibilang belum begitu berjalan lancar tetapi tetap gue pegang teguh dan selalu gue ingat untuk berpikiran terbuka akan apapun pandangannya. Karena gue sadar mungkin saja ada orang yang gue cintai memiliki pandangan yang berbeda dan terluka akannya, meninggalkan trauma seperti dalam mimpi tersebut.
Pandangan yang dimaksud di sini bukan bersifat ekstrim dan melukai orang lain. Selama tidak akan melukai orang lain secara fisik dan mental, gue akan selalu berusaha terbuka kepada siapa pun. Dan entah ini termasuk terbuka atau tidak karena ada limit (batas) yang gue kasih di sana.
Mimpi ini selagi mengingatkan gue juga menjadikan alat nostalgia yang ampuh. Gue sampai kepikiran terus bahwa gadis ini sedang mengalami hal yang sama mungkin entah di mana pun dia berada. Gue berharap gadis ini selalu baik-baik saja dan siapa pun yang ada di sampingnya bisa saling terbuka satu sama lainnya. Terima kasih sudah mampir di alam mimpi gue, lagi.
Saturday, February 11, 2017
Sebuah Ingatan Tentang Ideologi Seseorang
Ada satu orang yang
teringat oleh gue dan cukup gue banggakan, orangnya kurang dewasa dan
selalu membanggakan dirinya. Baginya omongan orang bisa menjadi
pengaruh baginya di waktu yang lain dia juga tidak bisa menerimanya juga. Egonya
cukup tinggi, idealisnya gue meragukan hal tersebut. Mungkin orang
melihatnya dengan pandangan yang lain, buat gue orang ini cukup susah
untuk menerima situasi yang dibiasakannya. Prinsipnya yang selalu ada
di depan, melupakan orang lain bahkan dirinya sendiri.
Ada suatu ketika gue berbicara macam hal dengannya, mencoba untuk memberi pandangan yang semestinya walau gue tahu pandangan gue juga tidak semestinya dengan kebanyakan orang. Kita memang berhak memegang ideologi kita masing-masing, di sisi lain gue berharap dapat mengubah dan membagikan ideologi gue.
Begitulah terjadi,
gue memberitahu apa yang harus dilakukan. Yang menurut gue benar,
tapi mungkin saja salah. Tidak ada yang tahu, karena apa, dunia ini
mulai terlihat kejamnya. Pemikiran-pemikiran anehnya berkeliaran di
luar sana. Tak banyak dari kita yang menganutnya, tanpa kita
menyadari hal tersebut. Tetapi pemikiran-pemikiran itu hanya ada dua
pilihan akhirnya, sebuah pemikiran yang benar dan yang salah.
Untuk siapa benar
dan salahnya tersebut?
Siapa yang
menghakimi bahwa pemikiran-pemikiran itu benar dan salah.
Ideologi yang kita
pegangi yang menghakimi. Pada akhirnya pun sebenarnya tidak ada yang
tahu mana yang benar dan mana yang salah. Semua tergantung kita
sendiri untuk bagaimana menyikapinya. Untuk ke arah yang lebih baik
atau bahkan yang lebih buruk. Ini yang perlu dipertimbangkan, karena
ada pemikiran-pemikiran yang menuju hal yang lebih buruk.
Waktu kita hanya
sebentar, pahamilah bahwa kita sama sekali tidak berhak mencampuri
ideologi seseorang. Tapi ingat kita bisa memberi ideologi yang kita
punya pada mereka. Untuk dan berharap ke arah yang lebih baik, bagi
kita. Walau memang belum tentu bagi mereka, tetapi lakukanlah seperti
yang kalian bisa.
Karena apa, waktu
itu pendek, tidak ada yang tahu keesokan hari pemikiran tersebut
sudah menuju ke hal yang lebih buruk pada orang yang menyakininya.
Untuk orang yang gue ingat selalu, pegang teguh ideologimu, tapi jangan lupa ada
ideologi yang lain di luar sana. Pelajarilah, untuk lebih dewasa dan
juga menjadi lebih baik lagi. Kita tidak salah, kita hanya berkembang
dari tunas hingga menghasilkan buah.
Pertanyaannya buah
apa yang akan dipanen tersebut.
Yang bagus
kualitasnya atau yang buruk dan busuk kualitasnya?
Re.A
Sunday, January 22, 2017
Rintik Air Terakhir Itu
Bagai malam menyambut fajar, maaf bila mengganggu mimpi malammu yang nyenyak. Aku hanya ingin terjaga dan melihat wajahmu yang mungkin untuk terakhir kalinya. Firasatku mengatakan bahwa aku tidak bisa kembali di sampingmu lagi. Lekuk wajahmu akan kuingat selalu, walau mungkin kamu akan melupakan bentuk rupaku.
Sekalipun aku tidak ingin meninggalkanmu, percayalah. Aku bahkan tidak berniat melupakan seulas senyummu itu, percayalah. Dan juga matamu yang bersinar itu, walau rintik air keluar darinya, percayalah. Ini terakhir kalinya aku mengusap air matamu, tolong berhentilah. Aku tidak ingin mengingat perpisahan seperti ini, maka berhentilah dan aku hanya ingin melihat senyummu.
Memohonlah pada keyakinanmu untuk membawaku pulang bila kamu ingin bertemu denganku lagi. Mungkin Tuhan akan mendengarnya dan aku berada di sisimu, di hadapanmu, atau mungkin di belakangmu, dalam wujud yang berbeda. Aku dengar Tuhan selalu akan memberikan apa yang menjadi hakmu kelak. Berpikirlah bahwa salah satunya adalah diriku.
Waktunya tiba sudah untuk pergi, hujan datang untuk menjemput. Maaf. Maaf. Maaf. Yang keempat akan kuucapkan bila kita bertemu lagi. Yang kelima bila suatu saat nanti aku menghilang lagi. Begitu seterusnya hingga kita sama-sama tidak bertemu kembali.
Rintik air terakhir di luar sana batas waktuku untuk berada di sisimu. Aku harap kamu akan selalu mengingatnya walau terasa perih, tetapi di sana aku akan melewati masa yang sama denganmu. Perasaan yang sama denganmu. Dan mungkin perih yang sama dengan yang kamu rasakan.
Terima kasih, karena aku merasa aku akan melewati semua ini seperti yang sudah kita lewati. Pada akhirnya kita memang bersama walau tempatnya sudah bukan tempat yang sama denganmu. Dan seperti ucapanku, aku tidak sepenuhnya meninggalkanmu, percayalah.
Friday, January 20, 2017
Pemenang Giveaway #HappinessIsYou
Pertama saya berterima kasih bagi yang sudah mengikuti giveaway ini, ada 30 lebih yang ikutan. Bagi yang belum menang jangan kecewa dulu, kalian masih punya 4 kesempatan lagi untuk mendapatkan novel terbaru Clara Canceriana, Happiness is You ini. Setelah di sini, besok dimulai blog tour kedua di http://duniakecilprili.blogspot.co.id/ cek twitter-nya juga https://twitter.com/aprlboanarges, untuk jadwal lengkap bisa cek di bawah ini
Jadi untuk pemenang pertama giveaway Happiness is You ini jatuh kepada *drumrolls!!!
Terima kasih sekali lagi yang sudah ikutan. Jangan lewatkan blogtour #HappinessIsYou selanjutnya dan ikut giveawaynya.
Sampai berjumpa di blog tour dan giveaway lainnya~
@dust_pain (Eni Lestari)Selamat untuk pemenang, pemenang wajib mengirimkan data diri (Nama + Nomor telepon) dan alamat lengkap lewat Direct Message (DM) ke twitter @exewriyan dalam kurun waktu 2 x 24 Jam.
Terima kasih sekali lagi yang sudah ikutan. Jangan lewatkan blogtour #HappinessIsYou selanjutnya dan ikut giveawaynya.
Sampai berjumpa di blog tour dan giveaway lainnya~
Subscribe to:
Posts (Atom)